“Makalah Peranan Kimia Koordinasi Dalam
Dunia Fotografi”
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Pendahuluan
Reaksi
dalam kimia memiliki peranan penting dalam proses fotografi. Senyawa kompleks
sudah sejak lama dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Beberapa penggunaan
praktis senyawa koordinasi yang paling tua, adalah yang disebabkan oleh
warnanya.
Beberapa aplikasi atau penggunaan
senyawa koordinasi atau senyawa kompleks yaitu dalam dunia industri, kimia
analitik dan kesehatan juga dalam dunia
fotografi.
1.1.Pengertian senyawa kompleks
Secara
umum, senyawa yang pembentukannya melibatkan pembentukannya melibatkan
pembentukan ikatan kovalen koordinasi dapat dianggap sebagai senyawa
koordinasi. Dalam konteks yang lebih khusus, senyawa koordinasi adalah senyawa
yang pembentukannya melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi antara ion
logam atau atom logam (atom pusat) dengan atom nonlogam (ligan).
Ligan
meupakan molekul atau ion yang memiliki pasangan electron bebas pasangan
electron ikatan π atau electron tak berpasangan yang dapat dikoordinasikan ke
atom pusat. Pada ligan terdapat atom donor, yaitu atom yang terkoordinasi pada
atom pusat melalui ikatan kovalen koordinasi. Menurut teori Asam-Basa Lewis, senyawa kompleks
terdiri dari asam yang dianggap sebagai atom pusat dan basa yang dianggap
sebagai ligan.
Senyawa
kompleks dapat merupakan senyawa kompleks netral atau senyawa kompleks ionic.
Senyawa kompleks ionic terdiri atas ion positif (kation) dan ion negative
(anion), dimana salah satu atau kedua ion tersebut dapat merupakan kompleks.
Dalam pembentukan senyawa kompleks, atom logam atau ion logam disebut sebagai atom pusat, sedangkan atom yang dapat mendonorkan elektronnya
ke atom logam atau ion logam disebut atom
donor.
1.2.Pengertian Fotografi
Ide cemerlang Leonardo da Vinci atau
Aristoteles ternyata tidak sia-sia telah mewacanakan prinsip cahaya serta
bayangan dari fenomena alam sebagai awal ditemukannya teknologi fotografi. Istilah fotografi berasal dari dua
kata dalam bahasa Yunani yang berarti menulis dengan cahaya.
Fotografi merupakan teknik untuk menghasilkan gambar
yang tahan lama melalui suatu reaksi kimia yang terjadi, ketika cahaya
menyentuh permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
1.3.Sejarah Fotografi
Fotografi pertama kali ditemukan pada
tahun 1839 oleh Louis Daguerre, sebagai
konsekuensi langsung perkembangan di bidang kimia dan optikal. Dalam
perkembangannya, istilah dan teknik fotografi mulai masuk ke Indonesia sejak
abad ke-19 setelah berkembang selama hampir satu abad di negara Barat.
Fotografi yang pertama kali berkembang merupakan fotografi konvensional atau
foto hitam putih.
Seiring berjalamnya waktu dan teknologi
yang masuk dan berkembang di Indonesia, maka masuklah pula teknik fotografi
berwarna hingga muncul pula fotografi digital. Saat ini orang lebih banyak
menggunakan fotografi digital karena teknologi telah membuatnya lebih mudah
untuk digunakan dari pada fotografi konvensional yang menggunakan film foto,
sehingga fotografi digital dianggap lebih praktis.
Dibalik alasan kepraktisan fotografi
digital, ternyata pada zaman modern ini, fotografi konvensional yang
menggunakan film seluloid masih tetap digemari. Hal ini terbukti dengan makin
banyaknya produk-produk film baru di pasaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Teknik Fotografi Konvensional (Hitam
Putih) dan Fotografi Digital
Pada hakikatnya, fotografi merupakan
teknik untuk menghasilkan gambar yang tahan lama melalui suatu reaksi kimia
yang terjadi, ketika cahaya menyentuh permukaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
Melalui tiga prinsi, yaitu cahaya, optic
dan kimia (light, optics and chemistry), maka proses fotografi dapat bekerja
secara maksimal. Light atau cahaya merupakan syarat utama bekerjanya prinsip
fotografi, tanpa cahaya tidak mungkin suatu objek dapat dilihat oleh mata.
Optics yang diartikan sebagai serangkaian system lensa adalah sarana untuk
proses menangkap objek yang terlihat oleh mata. Kemudian chemistry dalam dunia
fotografi diartikan sebagai proses kimiawi guna memunculkan gambar atau proses
cetak/cuci-cetak film/print processing.
Pada fotografi digital maupun konvensional
memiliki prinsip yang sama yaitu membuat gambar yang ditangkap oleh sel-sel
elektronis peka cahaya dan hasilnya bisa langsung dilihat pada layar monitor.
Untuk fotografi konvensional, gambar ditangkap oleh film dan terjadi reaksi
fotokimia. Setelah proses pencucian dan pencetakan baru dapat dilihat hasilnya.
Sedangkan pada fotografi digital, hasil pemotretan dapat langsung dilihat di
layar meski tanpa melalui proses cuci cetak terlebih dahulu.
2.1.Tahapan Pembentukan Gambar/Foto
Pada proses cuci dan cetak film
hitam putih, ternyata ada reaksi kimia, yakni reaksi oksidasi dan reduksi. Film
hitam putih maupun kertas foto mengandung partikel-partikel perak bromida, AgBr
yang tersebar pada lapisan tipis film/kertas foto.
Pada teknik fotografi konvensional
atau hitam putih, digunakan sebuah film yang digunakan untuk menghasilkan foto.
Film foto merupakan emulsi perak bromide (AgBr) dalam gelatin dengan
tahapan-tahapan pembentukan gambar/foto seperti berikut:
a.
Proses
pengambilan gambar, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah proses pemotretan
menggunakan kamera.
b.
Film
foto dikenakan cahaya. Dengan cara, film dipasang di bawah enlarger, lalu
cahaya 100 watt dinyalakan. Akan tampak bayangan film itu di atas kertas.
Apabila film/kertas foto terkena cahaya, maka akan terjadi
reaksi :
AgBr → AgBr*
-
Tanda
(*) menyatakan AgBr tereksitasi oleh cahaya.
Kalau bayangan itu sudah tepat, maka
lampu yang digunakan untuk mengeksitasi AgBr, kertas diganti dengan kertas
cetak foto dan dinyalakan kembali lampu selama sekian detik.
c.
Film
foto yang sudah terkena cahaya, kemudian diletakkan dalam larutan pengembang
(misal metol, amidol atau hidrokuinon {C6H4(OH)2})
kemudian ganti celupkan ke dalam larutan stop batch untuk menghentikan reaksi hingga
menghasilkan butir perak bromida yang teraktifkan membentuk logam perak bromida
hitam. Apabila film yang telah digunakan dan terkena cahaya tersebut dicuci
dalam larutan pengembang (developer), akan terjadi reaksi :
2 AgBr *(s) + C6H6O2 (aq) →
2 Ag(s) + 2 HBr (aq) + C6H4O2 (a)
Cairan
pengembang C6H4O2 (hidrokuinon), dalam hal ini
bertindak sebagai zat pereduksi. Jadi dalam reaksi itu terjadi proses reaksi
redoks.
Oksidasi :
C6H6O2 (aq) → C6H4O2
(aq) + 2 H+ + 2e-
Reduksi:
2 Ag+ + 2 e- →2 Ag (s)
Disamping hidrokuinon, dalam larutan
pengembang perlu ditambahkan metol (N-metil-p-aminofenol sulfat). Metol
berfungsi sebagai zat superaditif, yang efeknya tidak dapat digantikan dengan
memberikan jumlah yang berlebih pada hidrokuinon yang sudah ada. Metol ini
bertindak sebagai zat pereduksi juga. Aktivitas hidrokuinon dapat dipacu dengan
menambahkan sedikit phenidone (1-phenyl-3-pyrazolidinone). Karena larutan
pengembang/developer ini bekerja efektif pada lingkungan basa, maka kita perlu
mencampurkan larutan potasium karbonat (atau sodium karbonat) sebagai aktivator
untuk memperoleh lingkungan basa dengan pH pH 9,5 - 10,5; larutan sodium
sulfit, sebagai pengawet dan potasium bromida sebagai restainer.
d. Butir-butir yang tidak teraktifkan
pada bagian yang tidak terkena cahaya tidak terpengaruh. Hal ini menghasilkan
bayangan foto. Butir-butir perak bromida yang tidak teraktifkan dapat tereduksi
menjadi logam perak hitam bila terkena cahaya. bayangan film harus difiksasi.
Hal ini menyebabkan logam perak hitam yang dihasilkan dari pengembangan melekat
pada film dan perak bromida dihilangkan (dicuci). Senyawa yang dapat mengikat
bayangan foto adalah natrium thiosulfat, Na2(SO4)3.
Thiosulfat mudah diperoleh dengan mendidihkan
larutan silfit dengan sulfur. Asam bebasnya tidak stabil pada suhu biasa. Orang
fotografi biasa menyebut hipo. Pada proses pengikatan terjadi reaksi sebagai
berikut : AgBr (s) larut dalam larutan fikser terbentuk ion perak kompleks.
AgBr + 2S2O3 —–> [Ag(S2O3)2]2-
+ Br-
Dengan mereaksikan perak bromide dengan
tiosulfat, maka menghasilkan senyawa kompleks berupa ion ditiosulfatoperak (II)
dan ion bromide. Ion ditiosulfatoperak (II) dapat digunakan untuk proses
mencetak gambar yang diperoleh dengan metode fotografi.
e. Setelah film dicelupkan pada larutan
pengembang, maka tahap berikutnya adalah tahap penghentian reaksi sekaligus
menetralkan sifat basa yang berasal dari larutan pengembang. Caranya dengan
mencelupkan kertas/film pada larutan asam asetat yang telah diberi larutan
sodium sulfat untuk mencegah adanya efek swelling. pH larutan dijaga pada
kondisi 4 – 5,5.
f. Selanjutnya kertas foto itu
dicelupkan pada larutan fixer, lalu kertas foto dibilas dengan air mengalir.
Jadilah sebuah foto yang indah, yang kualitasnya bergantung pada lama
pencahayaan, jauh dekatnya film dengan kertas foto, waktu pencelupan, kualitas
kertas foto, setelah memakai cairan, pembilasan, dan sebagainya, termasuk
keterampilan operatornya.
Proses fiksasi ini menggunakan
cairan yang disebut fixer (sodium tiosulfat), bertujuan melarutkan perak
bromida yang tidak tereduksi menjadi perak (kalau tidak dihilangkan, jika
kertas foto terkena cahaya, akan timbul bayangan hitam tambahan. Pada proses
ini terjadi reaksi :
AgBr
+ 3 Na2S2O3→ [Ag(S2O3)
3]5- + 6 Na+ + Br-
g. Tahap akhir setelah fixing adalah
pembilasan dengan guyuran air mengalir supaya terbentuk bayangan yang permanen.
Proses pembilasan ini bertujuan membuang kompleks perak tiosulfat dan ion
tiosulfat. Jika ion tiosulfat masih tertinggal pada film/kertas foto, maka zat
ini akan bereaksi dengan perak yang sudah terbentuk foto/gambar, sehingga
bayangan foto akan menjadi kecoklatan/kekuningan karena akan terbentuk
noda-noda perak sulfida. Jadi pembilasan dengan air yang mengalir itu sangat
perlu supaya kualitas foto/gambar menjadi prima.
(S2O3)2-
+ 2 Ag → (SO3)2- + Ag2S
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Fotografi
di Negara Indonesia pada awalnya muncul pada tahun 1980-an dengan sebelumnya
telah berkembang selama hamper satu abad di Negara barat.
2.
Fotografi
merupakan suatu teknik yang dapat menghasilkan gambar dengan cara menangkap
cahaya dan dengan suatu reaksi kimia, yaitu reaksi oksidasi dan reduksi.
3.
Tahapan
dalam fotografi konvensional (hitam putih) digunakan senyawa kimia kompleks,
berbagai larutan pengembang yang berasal dari proses kimia dan juga dengan
berbagai reaksi kimia, yaitu reaksi oksidasi reduksi.
4.
Dengan
proses pencelupan AgBr dalam larutan Na2S2O3,
maka menghasilkan senyawa kompleks ion ditiosulfatoperak (II) yang kemudian
dilanjutkan dengan proses kimia lainnya sehingga menghasilkan gambar atau hasil
yang sempurna.
5.
Prinsip
fotografi baik konvensional maupun digital pada dasarnya adalah sama, yaitu
menghasilkan suatu gambar yang baik. Dengan tiga prinsip fotografi, cahaya,
kimia dan optic, maka fotografi yang dihasilkan akan lebih maksimal.
6.
Fotografi
yang saat ini berkembang merupakan jenis fotografi digital, namun ditengah era
globalisasi ini, fotografi konvensional masih digunakan. Fotografi konvensional
menggunakan film foto dan dengan tahapan kimia yang menghasilkan ion kompleks.
Film foto yang digunakan, direndam dengan larutan pengembang yang kemudian
direaksikan dengan Na2S2O3 yang kemudian
menghasilkan sebuah gambar.
Daftar Pustaka
1.
Abd. Rahman Moch. 2008. Estetika
Dalam Fotografi Estetik.
Jurusan Seni dan Desain Fak. Sastra Universitas Negeri Malang
2.
Imam Santosa,
Buchari. Indonesian
Journal of Chemistry. Pengaruh Matriks terhadap Persen Ekstraksi Perak(I) dari Limbah
Cuci/Cetak Foto dengan Menggunakan Teknik Pemisahan Emulsi Membran Cair. 149. Jurusan Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung
3.
Markus G Subiyakto. 2011. Kimia
dan Fotografi Hitam Putih. Jurusan Kimia FMIPA UI
available at http://search.yahoo.com/search?p=http%3A%2F%2FKimia+dan+Fotografi+Hitam+Putih+_+Media+Berbagi.htm&ei=UTF-8&fr=flo2&type=bWljX2RlZmF1bHQqdmVyXzIuNSppbnNfMjAxMTA5KmN0eF91
4.
Marianita, Destha Evi. 2012. Laporan Praktikum Kimia Anorganik
Pembuatan Natrium Tiosulfat Dan Sifat – Sifat. Available At Http://Sukasukadezthaajjah.Blogspot.Com/
Pembuatan Natrium Tiosulfat Dan Sifat – Sifat. Available At Http://Sukasukadezthaajjah.Blogspot.Com/
5.
Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimakro.
Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
6.
Effendy.
2007. Perspektif Baru Kimia Koordinasi.
Malang: Bayumedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar