Rabu, 23 Januari 2013

Laoporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis




LAPORAN PRAKTIKUM ANALITIK II
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

                                   

Misbah Zaenudin (1210704028)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2012


Kromatografi Lapis Tipis



I.         Tujuan

-          Menentukan nilai Rf dari ion Mn2+, Ni2+, Co2+ dan Zn2+
-          Memisahkan beberapa logam (Mn, Ni, Co, dan Zn) dari sampel

II.       Teori Dasar

       Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

Kromatogram

       Kita akan mulai membahas hal yang sederhana untuk mencoba melihat bagaimana pewarna tertentu dalam kenyataannya merupakan sebuah campuran sederhana dari beberapa pewarna.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/analisis/tlc1.gif
Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/analisis/tlc2.gif
Gambar menunjukkan lempengan setalah pelarut bergerak setengah dari lempengan.

Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.


Perhitungan nilai Rf

Jika anda ingin mengetahui bagaimana jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, anda dapat berhenti pada bahasan sebelumnya. Namun, sering kali pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing. Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.

Pengukuran berlangsung sebagai berikut:
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/analisis/tlc3.gif

Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf=                  jarak yang ditempuh oleh komponen
                               jarak yang ditempuh oleh pelarut

Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna merah menjadi:
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/analisis/rf2.gif
Jika anda dapat mengulang percobaan ini pada kondisi yang tepat sama, nilai Rf yang akan diperoleh untuk setiap warna akan selalu sama. Sebagai contoh, nilai Rf untuk warna merah selalu adalah 0.34. Namun, jika terdapat perubahan (suhu, komposisi pelarut dan sebagainya), nilai tersebut akan berubah. Anda harus tetap mengingat teknik ini jika anda ingin mengidentifikasi pewarna yang tertentu. Mari kita lihat bagaimana menggunakan kromatografi lapis tipis untuk menganalisis pada bagian selanjutnya.












III.    Cara Kerja

Preparasi 
1.      Text Box: Senyawa dari Mn, Ni, Co, dan ZnLarutan ion Mn, Ni, Co, dan Zn


 
Text Box: Hasil
10µg Ni2+, Co2+, Mn2+, dan Zn2+ dalam larutan 0,001 cm3
direaksikan dengan HCl 2 M


2.      Text Box: 43,5 ml aseton + 4 ml HCl pekat dan 2,5 ml airPelarut Aseton-HCl


 
Text Box: Hasil
Campuran dari larutan
   dicampurkan



3.      Text Box: 11 ml asam asetat Asam asetat 0,2 M


 
Text Box: Hasil

Diencerkan dalam 1 liter air

4.      Pembuatan larutan ninhidrin


Text Box: Ninhidrin
 
Text Box: Hasil 
Larutan ninhidrin 0,3 %
dilarutkan dalam larutan butil alkohol, asam asetat, dan air dengan perbandingan 80:20:20


Text Box: 1µL larutan standar sampel Langkah Kerja KLT


 
                                                                                    Disuntikkan pada plat kromatografi kira-kira
1 cm dari dasar plat secara horizontal .
Text Box: Plat yang ditandai  dan ditandai posisi setiap komponen.


 
Text Box: Plat yang ditandai noda yang telah terelusi Dilarutkan pada larutan pengembang. Ditutup rapat-rapat. Biarkan sampai mencapai 0,5-1 cm dibawah tepi atas plat.

Diangkat dan dikeringkan kira-kira 15-20 menit.
Disemprot dengan larutan ninhidrin.
Text Box: Noda-noda dalam plat Dan dikeringkan.


 
Diukur jarak tempuh tiap noda
Text Box: Hasil

dan jarak yang di tempuh oleh pelarut.
















IV.         Data Pengamatan

-        Tabel Pembuatan larutan Co, Ni, Mn, dan Zn
Nama ion
Massa (gram)
Volume (mL)
Mr
Co2+
2,02
50
237,9
Ni2+
1,3176
50
154,71
Mn2+
1,5365
50
169,01
Zn2+
1,23
50
161,4

-          Tabel Warna larutan
Nama ion
Warna larutan
Co2+
Merah
Ni2+
Hijau tua
Mn2+
Larutan tak berwarna
Zn2+
Larutan keruh


-          Tabel
Nama ion
Jarak yang ditempuh noda dari titik awal
Jarak yang ditempuh fase gerak dari titik awal
Co2+
3,2 cm
5 cm
Ni2+
3,1 cm
5 cm
Mn2+
3,3 cm
5 cm
Zn2+
3,3 cm
5 cm



V.        Perhitungan

          Larutan ninhidrat di buat dengan mencampurkan larutan alkohol, asam asetat, dan air dengan perbandingan sebagai berikut:
Larutan butil alkohol   : asam asetat  : air
       80                        :            20        : 20     

v  0,5 gram dari 10µ larutan ion dalam 0,001 cm3 larutan
-          Pembuatan HCl




-          Pembuatan Mn dalam MnSO4.H2O
-           


-          Pembuatan Ni dalam NiSO4

-          Pembuatan Co dalam Co(H2O)6Cl2
-           


-          Pembuatan Zn dalam ZnSO4
-           


v  Perhitungan Nilai Rf

·        
·        
·        
·        



V.           Pembahasan 
          Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan percepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan atau kombinasi antara padatan cairan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat di dalamnya. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alimina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silika merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour atau sinar ultra violet. Dalam kromatografi, eluen merupakan fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent).
          Pada percobaan kromatografi lapis tipis dibutuhkan senyawa-senyawa MnSO4.H2O, ZnSO4, NiSO4 dan Co(H2O)6Cl2. Senyawa-senyawa ini direaksikan dengan HCl agar senyawa-senyawa tersebut menjadi ion-ion Mn2+, Ni2+, Co2+ dan Zn2+. Pada praktikum, ion-ion tersebut ditotolkan dengan menggunakan pipa kapiler di atas plat silika yang sebelumnya sudah diberi tanda batas 1 cm dari garis bawah yang bertujuan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Disini yang menjadi pelarut adalah aseton-HCl. Plat silika dimasukkan kedalam aseton-HCl dengan keadaan pelarut berada dibawah garis awal. Hal ini bertujuan agar ion yang sudah ditotolkan dapat bergerak tanpa bercampur dengan pelarut. Pada saat plat silika dimasukkan ke dalam gelas kimia, gelas kimia tersebut harus dalam keadaan tertutup dengan menggunakan kaca arloji. Alasannya adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap air dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini biasanya ditempatkan kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Proses selanjutnya adalah mengeringkan plat silika agar dapat diamati lebih lanjut. Setelah kering, agar dapat tampak perubahan yang terjadi harus disemprotkan larutan ninhidrat. Fungsi dari larutan ninhidrat ini adalah sebagai reagen penampak warna.
          Nilai Rf yang didapat setelah melakukan praktikum kromatografi lapis tipis dengan rumus jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik awal dibagi jarak yang ditempuh oleh fasa gerak dari titik asal, maka didapat nilai RF secara berurutan sebesar 0,64, 0,62, 0,66 dan 0,66.

VI.              Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bagaimana cara memisahkan ion-ion Mn2+, Ni2+, Co2+ dan Zn2+  dengan cara kromatografi lapis tipis. Nilai Rf yang didapat dari hasil perhitungan sebesar Mn sebesar 0,64, Ni sebesar 0,62, Co sebesar 0,66 dan Zn sebesar 0,66.


VII.      Daftar Pustaka

Day. R.A dan A.L Underwood. 1981. Analisa kimia kuantitatif.Jakarta:Penerbit Erlangga

Wulandari,Meyliana.2012.Petunjuk Praktikum Kimia Analitik II.Bandung:UIN Sunan Gunung Djati

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar